Senin, 11 Juli 2011

ekologi

JAN29



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Makalah ini dibuat dalam rangka pelaksanaan tugas mata kuliah Ekologi Laut Tropis dan lebih spesifik lagi kepada Ekosistem Pantai. Disamping itu makalah ini merupakan pengambilan nilai ujian akhir semester pada mata kuliah Ekologi Laut Tropis di Program Studi Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Pendidikan Universitas Borneo.
Ekosistem merupakan keanekaragaman suatu komunitas dan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatau satuan ekologi di alam, komunitas organik yang terdiri atas tumbuhan dan hewan bersama habitatnya, keadaan khusus tempat komunitas suatu organisme lain dan komponen organisme tidak hidup dari suatu lingkungan yang saling berinteraksi.
Pantai adalah tepi laut atau pesisir dan juga merupakan perbatasan antara daratan dengan laut. Pantai juga tempat hidup beberapa organisme, selain itu juga sebagai sarana wisata dan sebagai sarana memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat setempat. 
Dari uraian di atas maka ekosistem pantai merupakan suatu komunitas yang menjadi habitat beberapa organisme yang hidup di daerah sekitar pantai. Dengan kata lain pantai merupakan factor abotik yang perlu dijaga kelestariaanya agar factor biotic yang menggantungkan hidupnya pada daerah pantai dapat menciptakan suatu hubungan timbal balik.


B. Batasan Masalah
            Adapun batasan masalah dalam penyusunan makalah ekosistem pesisir pantai diantaranya menyangkut pengertian, jenis-jenis, makhluk hidup penghuni ekosistem pesisir pantai, manfaat, dan mengetahui apakah ada dampak negatif dari kegiatan manusia pada kelestarian ekosistem pantai pesisir serta penanggulangan pencemaran pada ekosistem pantai.

C. Manfaat Penulisan
            Dari setiap penulisan suatu makalah pasti adanya manfaat yang bisa didapatkan seperti halnya penulisan makalah ini, antara lain:
1.            Sebagai bahan refrensi bagi mahasiswa.
2.            Sebagai pengetahuan bagi masyarakat umum akan pentingnya ekosistem pantai

D. Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui ekosistem pesisr yang melliputi pengertian dan apa saja yang ada pada ekosistem pesisir tersebut. Dari penulisan ini diharapkan apa yang kita ketahui tentang ekosistem pesisr agar mahasiswa maupun masyarakat umum untuk melindungi dan melestarikan ekosistem pesisir pantai.






BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekosistem Pesisir Pantai
          Berbagai istilah berkaitan dengan penyebutan pantai sering digunakan secara rancu, secara singkat diuraikan berikut ini untuk memperjelas terminologi yang dimaksud.  Suatu pantai memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.       Pantai berhubungan langsung dengan laut.
2.       Pantai berkedudukan di antara garis air tinggi dan garis air rendah.
3.       Pantai dapat terjadi dari material padu, lepas atau lembek.
4.       Pantai yang bermaterial lepas dengan ukuran kerikil atau pasir disebut sebagai gisik (beach).
5.       Pantai dapat berelief rendah (datar, berombak, atau bergelombang), namun dapat pula berelief tinggi (berbukit atau bergunung).
6.       Pantai secara genetik dapat berasal dari bentukan marin, organik, vulkanik, tektonik, fluviomarin, denudasional, atau solusional.

Pesisir merupakan daerah yang membentang di pedalaman dari laut, umumnya sejauh perubahan topografi pertama di permukaan daratan. Pesisir merupakan sebidang lahan tidak lebar tidak tentu yang membentang dari garis pantai ke arah pedalaman hingga perubahan besar pertama kali pada kenampakan lapangan.  Pesisir merupakan mintakat fisoografis yang relatif luas, membentang sejauh ratusan kilometer di sepanjang garis pantai dan seringkali beberapa kilometer ke arah pedalaman dari pantai.  Pengertian lain menyebutkan pesisir merupakan sebidang lahan yang membentang di pedalaman dari garis pesisir sejauh pengaruh laut, yang dibuktikan pada bentuk lahannya.

            Garis pesisir adalah garis yang membentuk batas antara pesisir dan pantai.  Garis pesisir membatasi pesisir dan pantai yang kedudukannya relatif tetap, garis pesisir akan berimpit dengan garis pantai saat terjadi pasang tertinggi atau gelombang yang relatif besar.   Untuk mengidentifikasi pesisir harus terlebih dahulu disamakan cara pandang atau pendekatan yang digunakan  Secara geomorfologis pesisir dapat diidentifikasi dari bentuklahannya yang secara genetik berasal dari proses marin, fluviomarin, organik, atau aeoiomarin.  Secara biologi, karakteristik pesisir dapat diketahui dari persebaran ke arah darat biota pantai, baik persebaran vegetasi maupun persebaran hewan pantai.  Secara klimatologi, karakteristik pesisir ditentukan berdasarkan pengaruh angin laut.  Secara hidrologi, karakteristik pesisir ditentukan seberapa jauh pengaruh pasang air laut yang masuk ke darat.

Daerah kepesisiran adalah suatu jalur yang kering dan ruang lautan di sekitarnya yang pada jalur itu proses-proses daratan dan penggunaan lahan secara langsung mempengaruhi proses-proses dan pemanfaatan lautan, dan sebaliknya.  Ciri pokok daerah kepesisiran :
1.       Mencakup komponen-komponen darat dan laut.
2.       Mempunyai batas darat dan laut yang ditentukan oleh tingkat pengaruh darat pada laut dan pengaruh laut pada darat.
3.       Memiliki lebar, kedalaman dan ketinggian yang tidak selalu seragam.
Batas ke arah laut bagi daerah kepesisiran adalah pada lokasi awal pertama kali gelombang pecah terjadi ketika surut terendah.  Daerah kepesisiran mencakup pesisir, pantai dan perairan laut dekat pantai.  Secara skematis pantai, pesisir dan daerah kepesisiran nampak pada gambar berikut :
Gambar Penampang melintang daerah kepesisiran (Snead, 1982 dalam Sunarto, 2002)
Beting pantai.  Pola dari beting pantai adalah sejajar dengan pantai dan betingnya menunjukan lebar yang bervariasi. Material pada lokasi ini terdiri dari pasir, tetapi dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan beting dekat pantai, karena kuatnya pelapukan.

Gumuk pasir (sand dunes) adalah bentuk lahan asal proses aktivitas angin (aeolin depositional landform), lahan ini terbentuk jika ada material klastik dan lepas-lepas seperti pasir dan tenaga angin yang memindahkan material tersebut.  Proses ini juga dikenal dengan deflation processes (Zuidam, 1986).

Pasir hitam terendapkan di muka muara sungai dan oleh kombinasi ombak yang kuat dari selatan dan arus laut terpapar di sepanjang pantai dan membentuk gisik tepi laut,  suatu gisik tepi laut terdiri dari  beberapa sub zone.  Daerah yang dinamakan backshore dapat terendam pada waktu pasang laut yang tinggi dan ombak besar.  Apabila angin cukup kuat, pasir dari backshore akan terbawa secara saltasi (meloncat), yaitu butir-butir pasir yang berganti-ganti terbang dan jatuh ke arah darat.  Penghalang kecil seperti vegetasi sudah dapat memaksakan pengendapan butir pasir di tepi yang teduh terhadap kekuatan angin.  Dengan proses ini suatu gumuk pasir kecil akan terbentuk dan menyebabkan pengendapan butir pasir di bagian teduh dari angin (side of the sand leap). 

   Menurut Zuidam (1986) karakteristik gumuk pasir adalah sebagai berikut : relief morfologi pendek, permukaan dengan lereng curam dan topografi irreguler, terjadi pengangkutan pasir oleh angin, material utama berupa pasir, tanah belum terbentuk secara nyata, air permukaan sedikit atau cenderung tidak ada, air tanah mungkin ada, drainase sangat baik, vegetasi atau penggunaan lahan pada dasarnya tidak ada, tapi di kaki gumuk yang tinggi beberapa vegetasi dimungkinkan ada.

Deflasi pasir merupakan proses geomorlogis utama di daerah gumuk pasir yang memiliki angin yang bertiup dengan kuat.  Deflasi adalah perpindahan material pasir atau debu karena aktifitas angin. Pada dasarnya deflasi melibatkan beberapa aspek yang berupa angin yang bertiup di permukaan medan, material permukaan medan dan kondisi permukaan medan.  Kemampuan angin untuk mengangkut partikel pada tahap awal adalah angin yang bersifat turbulen.  Parameter angin yang mempengaruhi deflasi adalah kepadatan, kecepatan dan arah angin bertiup.
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut :
1. Formasi pres caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
2. Formasi Baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
Secara ekologis, wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, dimana batas ke arah daratan mencakup daerah-daerah yang tergenang air dan maupun tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut, seperti : pasang surut, percikan gelombang, angin laut dan interusi garam, sedangkan batas ke laut adalah daerah - daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan seperti : aliran air tawar (river run off and surface run off), sedimentasi, pencemaran dan lainnya (Clark 1996, Dahuri et al, 1996).

B. Jenis-jenis Ekosistem Pesisir Pantai
1. Pantai berlumpur
Jika pantai berlumpur dilihat dengan menggunakan foto udara kawasan delta di pantai Utara Jawa Tengah.  Kenampakan yang didapatkan meliputi rataan lumpur, dataran delta, tanggul fluvio deltaik.  Rataan lumpur ada di sepanjang aliran muara, dataran delta muncul pada ujung-ujung muara yang menghambat aliran air sungai sehingga muara-muaranya membentuk percabangan baru.  Disamping kenampakan tersebut terdapat tanggul fluvio deltaik dengan kenampakan yang lebih cerah tapi kadang telah ditumbuhi vegetasi sehingga tidak begitu tampak nyata.  Tidak dapat diidentifikasi rataan pasutnya, karena foto yang ada merupakan waktu yang bersamaan.  Delta yang terbentuk memanjang, menandakan bahwa energi darat lebih kuat dari pada energi gelombang maupun pasut.  Arti penting delta diantaranya adalah merupakan gerbang perpindahan species aquatik, terutama dalam menjalani siklus reproduksi.  Merupakan tempat berlindung, bertelur dan membesarkan anak.  Merupakan area yang kaya nutrisi, banyak jenis tumbuhan marin dan pantai.  Daerah estuarinya memiliki produktivitas yang tinggi dalam menunjang perikanan.  Merupakan daerah yang kaya mineral dan minyak.
 Pantai berlumpur banyak terbentuk pada kawasan yang landai dan sering berasosiasi dengan ekosistem mangrove dan lamun. Kadang sulit dibedakan antara pantai berlumpur dengan pantai berpasir landai, karena pantai berpasir landai cenderung tersusun oleh pasir halus yang dapat bercampur lumpur.
2. Pantai berpasir :
Pada foto udara dari arah laut tampak warna hitam disusul segaris warna putih yang merupakan kenampakan ombak pecah dan disusul dengan kenampakan abu-abu yang merupakan pasir basah.  Semakin ke atas kenampakan bergradasi menjadi warna abu-abu cerah.  terdiri dari bura, gisik, beting gisik, swalle.  Bura terdapat langsung di sekitar batas warna putih (hempasan ombak), disusul gisik dengan kenampakan abu-abu cerah, merupakan area terbuka dengan arah memanjang berbatasan dengan beting gisik.  Gisik berbatasan dengan beting gisik dan swalle yang tersusun di jalur berikutnya ke arah darat, dengan kenampakan abu-abu cerah hingga keputih-putihan.  Pada jalur berikutnya kadang terbentuk gumuk-gumuk pasir yang merupakan hasil aktifitas marin-aeolin.  Kenampakan abu-abu cerah, tapi tidak selalu demikian karena kadang telah ditumbuhi vegetasi.
Sebagian besar pantai di wilayah tropis adalah pantai berpasir. Pantai berpasir secara ekologis penting sebagai habitat dari berbagai macam organisme, termasuk kepiting dan burung, dan pada beberapa lokasi berfungsi sebagai tempat bertelur bagi penyu. Pantai berpasir dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena banyak dari pantai ini merupakan kawasan rekreasi yang penting.
Pantai berpasir juga banyak digunakan oleh perahu-perahu ikan dan berbagai aktivitas perikanan sebagai landasan (base) atau lokasi kegiatan. Minyak umumnya akan terakumulasi pada permukaan sedimen di kawasan antara-pasang-surut (intertidal), dan dapat menimbulkan dampak pada organisme –organisme termasuk burung-burung dan penyu yang mendarat di pantai.
Minyak juga dapat masuk kedalam lapisan bawah permukaan, tingkat penetrasi ini dipengaruhi oleh ukuran butir sedimen, tingkat penterasi air, kekentalan minyak, dan keberadaan lubang jejak-jejak jalan kepiting atau cacing.
Penetrasi minyak kedalam pasir kuarsa lebih besar dibanding pasir halus, sementara kemungkinan penetrasi minyak kedalam sedimen yang memiliki lubang jalan air lebih kecil dibanding sedimen yang kering. Minyak ringan dapat melakukan penetrasi dengan mudah, sedang minyak yang kental cenderung tetap berada pada permukaan.
Minyak yang masuk kedalam lubang jejak-jejak jalan kepiting atau cacing dapat mengakibatkan dampak kematian pada kepiting atau cacing yang hidup dalam lubang-lubang tersebut. Minyak yang tetap berada pada atau sekitar permukaan pasir dan minyak yang terkena aksi gelombang yang besar tidak akan tinggal pada pantai berpasir dalam jangka waktu lama, namun minyak yang berada di lapisan bawah pemrukaan dapat tetap tinggal hingga beberapa tahun, kecuali dibersihkan secara mekanis.
Sedimen minyak yang terangkat dari permukaan pantai berpasir oleh aksi gelombang dapat terbawa dan terendapkan pada kawasan yang lebih kearah lepas pantai, dimana minyak dapat memberi dampak pada organisme di dasar perairan. Kandungan minyak hidrokarbon pada daging kerang telah terdeteksi dari beberapa kasus tumpahan minyak, khususnya pada kawasan teluk yang landai.
Dampak ini cenderung tidak terjadi pada pantai yang terbuka, dimana sedimen terkontaminasi minyak dapat tersebar dan terendapkan dalam lingkungan kawasan yang lebih luas.
Karakteristik
a         Kebanyakan terdiri dari kwarsa dan feldspar, bagian yang paling banyak dan paling keras sisa-sisa pelapukan batu di gunung.
b        Dibatasi hanya di daerah dimana gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang halus dan ringan.
c         Total bahan organik dan organisme hidup di pantai yang berpasir jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jenis pantai lainnya.
d        Pantai berpasir didominasi oleh 3 kelas invertebrate :
        Cacing Polikaeta
        Moluska Bivalvia
        Rustasea
Fungsi
a         Tempat beberapa biota meletakkan telurnya
b        Tidak dapat menahan air dengan baik karena sedimennya yang kasar akibatnya lapisan permukannya menjadi kering sampai sedalam beberapa cm di bagian atas pantai yang terbuka terhadap matahari pada saat pasang surut.
Parameter Lingkungan
a         Pola arus yang akan mengankut pasir yang halus
b        Gelombang yang akan melepaskan energinya di pantai
c         Angin yang juga merupakan pengangkut pasir.






3. Pantai berbatu
Pantai berbatu adalah pantai dengan tebing cliff, sehingga karena adanya tenaga gelombang sebagian tebing tersebut runtuh dan terbawa kembali ke arah pantai sehingga membentuk pantai dengan serpihan batu karang. 
            Pantai berbatu dapat tersusun dan batuan keras atau kumpulan batu besar atau kerikil. Pantai berbatu di huni oleh banyak spesies alga dan binatang tak bertulang belakang (invertebrata).
Binatang invertebrata ini menghasilkan sejumlah besar telur dan larva yang masuk kedalam perairan dekat pantai, yang selanjutnya merupakan bagian dari sumber makanan bagi ikan-ikan hias. Kotoran-kotoran dari alga juga masuk kedalam rantai makanan dari sistem perairan dekat pantai.
Ikan-ikan dapat mencari makan secara langsung pada pantai berbatu saat air pasang, sementara burung laut mencari makan pada pantai berbatu saat air surut. Pantai berbatu yang relatif jauh ke arah laut dapat merupakan lokasi tempat bertelur yang penting bagi burung laut. Beberapa spesies pada pantai berbatu (seperti mussels dan rocky oyster), merupakan sumber makanan bagi masyarakat pesisir.
Banyak pantai berbatu di wilayah tropis terdiri atas karang atau jenis batuan gamping lainnya yang memiliki lubang-lubang dan celah-celah yang dalam. Minyak cenderung memiliki waktu tinggal yang relatif lama pada pantai berbatu dengan kondisi tersebut, dan hal ini akan menyulitkan operasi pembersihan.
C.    Makhluk Hidup Penghuni Ekosistem Pantai
      Adapun makhluk yang hidup pada Ekosistem pantai terbagi menurut pasang surut air laut yaitu :
1.      Pada daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
2.      Pada daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
3.      pada daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
 Pantai juga memiliki ekosistem – ekosistem yang spesifik dan khas, seperti terumbu karang, padang lamun dan hutan mangrove.
D.    Manfaat Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai memilik manfaat bagi kehidupan manusia yaitu :
1.      Sebagai penyedia sumberdaya alam seperti mangrove, terumbu karang, padang lamun, perikanan serta diversitas flora & fauna (wildlife)
2.      Penerima limbah ;
        Limbah industri/pabrik ; timah, merkuri, tembaga, kadmilan
        Limbah pertambangan ; minyak, batu bara, merkuri yang merupakan batu bara hitam yang dapat mencemari lingkungan perairan.
        Limbah pemukiman penduduk
        Limbah Pertanian
        Limbah perikanan
3.      Penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan manusia (life support services)
4.      Penyedia jasa-jasa kenyamanan (amenity services). Yang menyediakan beranekaragam ruang yang segar, nyaman dan murah untuk melakukan kegiatan  seperti :
a         Olah raga pantai, yang meliputi : bola volley pantai, selancar (surfing), motor
boating sport, parasailing & layang gantung by boat dan sebagainya.
b.   Melakukan kegiatan budidaya laut (marine culture) seperti : budidaya rumput
laut (Eucheuma cottonii, E, spinosum dan Gracilaria lechinoides), kerang  (Cassostrea sp, Pinctada maxima & Tridacna gigas) sebagai penghasil mutiara, karang-karang hias (artificial reef transplantasi), ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kakap merah (Lutjanus johni), bandeng (Chanos chanos), udang windu (Penaeus monodon & P, merguensis), kuda laut (Hippocampus spp) dan sebagainya.
c.   Menyediakan ruang dengan kualitas yang baik, segar dan murah untuk mandi & berenang
4.   Wilayah pesisir mempunyai nilai dalam menunjang kehidupan umat manusia
dalam kehidupan keagamaan (religius).
      Manfaat lainnya yaitu sebagai tempat beberapa biota meletakkan telurnya
E.     Dampak Negatif dari Kegiatan Manusia pada Kelestarian Ekosistem Pantai
         Sampah merupakan salah satu bahan utama yang terkandung dalam buangan limbah domestic. Menurut jenisnya sampah dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1.      Sampah organik, yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan yang bisa terurai secara alami/biologis, seperti sisa – sisa makanan, kulit buah atau sayuran.
2.      Sampah nonorganik, yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan yang sulit terurai secara alamiah/biologis sehingga penghancurannya membutuhkan penanganan lebih lanjut, seperti plastic dan sterofoam
3.      Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun), yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan berbahaya dan beracun, seperti sisa bahan kimia yang mudah meledak, mudah bereaksi terhadap oksigen, korosit atau menimbulkan karat dan beracun.
Dampak buruk buangan sampah ke laut ini sepertinya lebih terletak pada masalah keindahan, akan tetapi sebenarnya, sampah ini pun mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan laut. Sampah – sampah tersebut mengapung di lautan dan akhirnya terdampar di pantai. Bahan yang lebih berat akan tenggelam ke dasar laut dan berpengaruh terhadap komunitas bentos. Makhluk hidup laut juga terganggu oleh sampah – sampah yang tenggelam.
Banyak kawasan pesisir yang sudah mulai tercemar, terutama dipenuhi oleh sampah – sampah. Hal ini jelas sangat merugikan secara ekonomi, karena disamping penggunaan kawasan pesisir dan laut sebagai area pariwisata dan rekreasi, namun kerugian juga menimpa nelayan yang hasil tangkapannya berkurang. Selain itu, yang paling utama, dampakanya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia yang sering dilupakan.
Sampah – sampah yang banyak terapung di laut dapat terbawa ke tepi oleh ombak maupun arus laut. Kemudian pada saat surut, sampah – sampah tersebut akan tertinggal di antara biota – biota daerah terumbu karang, ataupun tertimbun pasir pantai. Timbunan sampah – sampah ini kadang dihanyutkan kembali aleh ombak dan arus laut, sehingga pantai ataupun biota yang tertempel dapat bersih kembali. Tetapi terkadang ketika penghanyutan kembali, sampah – sampah tersebut tidak terbawa semua, bahkan kadang bertambah banyak sehingga akhirnya terjadi kebusukan di lokasi tersebut. Hal ini ditinjau dari segi estetika maupun efek biologisnya jelas sangat merugikan.
Dalam usaha perikanan selain menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi, tetapi juga ikut berperan dalam menghasilkan limbah. Limbah yang dominan dari usaha perikanan adalah limbah dan pencemaran yang berupa limbah cair yang membususk sehingga menghasilkan bau amis/busuk yang sangat mengganggu estetika lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan hasil perikanan umumnya dapat digolongkan menjadi :
a         Limbah padat : basah dan kering
b        Limbah cair
c         Limbah sampingan
Limbah padat basah yaitu berupa potongan – potongan ikan yang tidak dimanfaatkan. Limbah ini berasal dari proses pembersihan ikan sekaligus mengeluarkan isis perutnya yang berupa jerohan dan gumpalan – gumpalan darah. Selain itu limbah ini juga berasal dari proses cleaning, yaitu membuang kepala, ekor, kulit dan bagian tubuh ikan yang lain, seperti sisik dan insang.
Limbah padat kering berupa sisa/potongan karton kemasan, plastic, kertas, kaleng, tali pengemas, label kemasan dan potongan sterofoam dan sebagainya. Kondisi limbah ini dapat dalam keadaan bersih (belum terkontaminasi oleh bahan lain) maupun sudah terkontaminasi bahan lain seperti ikan/udang, bahan pencuci produk, darah dan lendir ikan.
Adanya limbah tersebut menimbulkan masalah yang serius terhadap lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Permasalah yang mungkin timbul adanya bau amis yang disertai bau bususk karena proses pembusukannya sehingga mengundang datangnya berbagai vector penyakit diantaranya adalah lalat dan tikus.
Limbah cair berupa sisa cucian ikan/udang, darah dan lender ikan, yang banyak mengandung minyak ikan sehingga menimbulakan bau amis yang menyengat. Limbah cair juga berasal dari sanitasi dan toilet pada lokasi usaha tersebut.
Limbah sampingan berupa jenis – jenis ikan hasil tangkapan yang tidak/kurang ekonomis untuk diolah lanjut sehingga kemudian dibuang ke laut tanpa melaui IPAL (instalasi pengolahan air limbah). Biasanya ini biasa dilakukan oleh pengolahan tradisional yang dilaksanakan dirumah – rumah yang berlokasi di pinggir pantai, ataupun di atas permukaan air laut.
Dan  juga limbah dari tumpahan minyak, yang disengaja maupun tidak merupakan sumber pencemaran yang sangat membahayakan. Tumpahan minyak kelaut berasal dari kapal tenker yang mengalami tabrakan atau kandas atau berasal dari proses yang disengaja seperti pencucian tangki balas, transfer minyak antarkapal maupun kelalaian awak kapal. Komponen minyak yang tidak larut didalam air akan mengapung pada permukaan air laut sehingga menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen akan tenggelam dan terakumulasi didalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan – batuan di pantai. Pencemaran dari tumpahan minyak ini menimbulkan pengaruh yang luas terhadap hewan dan tumbu – tumbuhan yang hidup di perairan, dimana menghancurkan hewan dan tumbuh – tumbuhan yang hidup di batu – batuan dan pasir di wilayah pantai, juga termasuk area mangrove.
Kejadian minyak tumpah dapat merusak lingkunagndalam beberapa aspek, diantaranya :
a.       Pertukaran gas dan oksigen dari laut ke atmosfer akan terhambat dengan adanya lapisan minyak di permukaan air laut
b.      Kematian terumbu karang akibat minyak yang menempel pada permukaan
c.       Lapisan licin dari minyak akan mempengaruhi burung laut dan binatang laut lainnya bahkan sering mematikan
d.      Akumulasitar di pantai sangat terganggu dan merusak potensi turisme dan daerah pantai.
F.     Penanggulangan Pencemaran pada Ekosistem Pantai
Tidak semua efek dari pembuangan sampah ke laut buruk. Pada kasus pembuangan sampah berupa kerangka mobil bekas, ban roda atau bahan karung dapat turun kedasar laut dan menjadi habitat buatan untuk organisme laut. Binatang – binatang laut dapat tinggal didalam atapun berada didekat struktur. Keberadaan habitat buatan ini dapat mempengaruhi perubahan lokal pada habitat dan distribusi ikan disekitar lokasi tersebut. Untuk itu diperlukan kegiatan memilah – memilah sampah, organik dan anorganik atau sampah yang masih bisa dimanfaatkan kembali.
Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam pengendalian pencemaran laut dapat dilakukan melalui penerapan 4R : reduce, reuse, recycle, dan replant dalam upaya mengurangi terjadinya pencemaran laut. Selain itu, penerapan tersebut dapat juga digunakan sebagai sumber alternatif pendapatan keluarga bagi masyarakat pesisir, seperti pengolahan sampah menjadi kertas daur ulang atau pupuk kompos, sedangkan limbah atau sisa pemanfaatan ikan dapat diolah menjadi makan ikan, pembuatan kerupuk, terasi atau produk makanan lainnya.
Upaya penanggulangan pencemaran laut akibat sampah dapat juga dilakukan dengan Gerakan Bersih Pantai dan Laut. Pembersihan sampah dilakukan pada wilayah/ daerah aliran sungai, muara, pantai dan laut, serta pemukiman masyarakat pesisir dan kemudian memisahkannya menjadi sampah organik dan non organik. Hal ini dilakukan secara periodik dengan mengerahkan komponen masa, dari kelompok anak – anak sekolah dasar hingga mahasiswa, organisasi pemuda, nelayan, pembudidaya ikan, masyarakat umum, serta segenap organisasi – organisasi dan partai akan cukup efektif sebagai media informasi, disamping tindakan nyata yang dilakukan, kepada masyarakat akan pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat, termasuk juga lingkungan pesisir dan laut.
Bentuk kampaye dan penyebarluasan informasi mengenai pencemaran pesisir dan laut harus selalu digalakan terhadap seluruh masyarakat, berikut berbagai aspek yang terkait dengan bahayanya, seperti dengan mengurangi limbah plastik, mengurangi limbah B3, menggunakan bahan ramah lingkungan, menjaga kebersihan pantai dan laut terutama dari sampah non organik agar mengurangi beban nelayan karena dirugikan oleh adanya limbah terutama sampah.
Sedangkan pembersihan pantai akibat limbah dari tumpahan minyak, dimana pantai merupakan wilayah yang berhubungan langsung dengan manusia, sehingga pembersihan tumpahan minyak menjadi suatu keharusan yang dituntut oleh banyak pihak. Secara umum ada tiga metode yang dapat dipakai untuk membersihkan minyak yaitu :
a         Pembersihan secara fisik, dengan cara menyapu/mengangkut material pantai yang terkena minyak. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat grader, buldoser, front loader atau jika skalanya kecil dapat dengan menggunakan sekop dan keranjang. Penggunaan alat berat kadang menyebabkan sejumlah bessar pasir terangkut.
Untuk daerah pantai berbatu pembersihannya lebih suoit dilakukan karena tumpahan minyak dapat masuk kesela – sela batu dan teresap sampai ke dalam pori – pori batu. Sehingga untuk kasus – kasus tertentu, dibiarkan saja merupakan langkah yang baik. Pembersihan minyak yang ada pada batu dapat menggunakan alat high pressure water jets atau dengan steam. Cara ini  memang menghilangkan minyak tetapi berpengaruh juga pada organisme yang hidup di batu.
Penggunaan absorben juga telah di gunakan dengan menyebarkan absorben ke lokasi tumpahan minyak untuk menghalangi penyebaran minyak lebih luas dan kerusakan lebih lanjut. Namun langkah ini tidak begitu berhasil, karena hanya menyerap minyak seberat absorben itu sendiri sehingga memerlukan jumlah absorben yang besar.
b. Dispersan, ada dua fungsi penggunaan dispersan, yaitu dispersan dengan konsentrasi rendah digunakan untuk mencegah minyak masuk ke dalam pantai (disebarkan pasang surut) dan digunakan untuk pembersihan tumpahan minyak. Namun penggunaan dispersan malah menyebabkan kerusakan lain, yaitu dispersan terlalu masuk kedalam material pasir daripada tersebar ke arah laut. Ditambah sifak toksisitas dari dispersan sendiri membawa pengaruh buruk terhadap ekosistem sekitar.
c. Pembakaran dan Pemotongan, pembakaran merupakan pilihan yang memungkinkan dalam upaya membersihkan tumpahan minyak di pantai. Tetapi pembakaran di pantai yang dekat dengan populasi manusia dan organisme lain akan membawa dampak yang lebih basar. Pemotongan tumbuhan yang tekena minyak bisa dilakukan untuk mengurangi pengaruhnya pada perkembangan tumbuhan. Tetapi hal ini juga tidak dapat dilakukan secara besar – besaran, karena akan dapat merusak ekosistem secara keseluruhan.
d. Pembuangan Material akibat Tumpahan Minyak, pembersihan tumpahan minyak tidaklah cukup tapi juga harus dilakukan pembuangan material yang terkena tumpahan minyak, misalnya rumput laut, tumbuhan, hewan, pasir, lumpur dan sampah lainnya. Jika sampah dan material yang terkena minyak tersebut ditimbun di suatu tempat, maka dikhawatirkan akan mencemari tanah. Namun biasanya sampah ini digunakan sebagai land fill, dengan catatan perlu diperhatikan juga saluran drainase untuk leachetenya, sehingga tidak mencemari tanah.
e. Metode lain adalah, membiarkannya pada tempat terbuka sampai beberapa minggu. Kemudian akan oksigen. Kelembapan. Dan nutrien yang cukup akan menyebabkan minyak terbiodegradasi.
Solusi secara garis besar, haruslah dimulai dari pemerintah, walaupun yang mencemari lingkugan adalah rakyat bukan pemerintah. Pemerintah bekerjasama dengan pengusaha, karena dengan adanya pabrik – pabrik dapat mendukung anggaran pembelanjaan daerah yang salah satunya merupakan hal yang harus dipenuhi. Sehingga, pemerintah seharusnya mengambil jalan tengah yang bijaksana jika pemerintah mewajibkan tiap – tiap pabrik harus mempunyai filter atau penyaring terhadap limbah yang dihasilkannya, yang sekarang lazim di sebut IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah). Sehingga air limbah yang tercemar itu tidak langsung menuju ke air yang merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di sekitarnya termasuk manusia.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pantai serta ekosistemnya merupakan aset bagi daerah juga negeri, dengan menjaga kelestarian pantai menjadi bersih dari segala limbah dan pencemaran maka siapapun yang berada di lingkungan pantai dapat merasakan manfaat kenyamanannya dan dapat menikmati keindahannya tanpa terganggu dengan kerusakan – kerusakan dari pencemaran limbah ataupun tumpahan minyak. Ini tidaklah cukup hanya dilakukan oleh penduduk sekitar tapi semua kalangan masyarakat turut berperan untuk menjaga kelestarian pada ekositem pantai.
Dengan menjaga kebersihan pada ekosistem pantai maka kita juga membantu untuk menjaga aset negeri ini. Yang dimana juga merupakan sebagai cerminan bangsa ini sebenarnya.

B.     Saran
Perlu adanya sosialisasi terus menerus pada masyarakat ataupun pihak – pihak yang berperan lainnya tentang kepedulian terhadap lingkungan dengan cara terjun langsung kelingkungan dengan mengerahkan seluruh kalangan. Dan penerapan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah serta sanksi yang tegas bagi pelanggar.




Daftar Pustaka


1.      kamus bahasa indonesia edisi revisi, tahun 1998
2.      www.google.com/blog sahabat bersama; keanekaragaman ekosistem pantai
3.      www.google.com/blog Arif  Rifqi’site; ekosistem pantai
4.      www.google.com; ekosistem pantai, media online wilayah pesisir pantai
5.      www.google.com/blog maruf , ekosistem pantai
6.      Pencemaran Pesisir dan Laut, Dr. Ir. Mukhtasor, M. Eng, PT. Pradnya Paramita,cetakan pertama tahun 2007

1 komentar:

campzahrt mengatakan...

Sloty Casino - Mapyro
Find 천안 출장안마 all Sloty Casino 출장마사지 locations, rates, 서산 출장안마 amenities and 군산 출장마사지 reviews. Leave a rating and browse location information. Mapyro  울산광역 출장마사지 Rating: 3 · ‎1 review

Posting Komentar